Guest Seminar Lecture – MM CSR University of Trisakti
Tuesday, 1 December 2009
‘Sustainability’ to ‘Durability’
Belum lagi konsep sustainability atau dikenal dengan sebutan ‘keberlanjutan’ dimengerti seluruhnya dengan baik, kini muncul suatu konsep baru yang disebut dengan ‘durability’ atau ‘ketahanan’. Konsep ini dikembangkan oleh 2 profesor di bidang Corporate Social Responsibility (CSR), yakni Professor Güler Aras, dari Yildiz Technical University, Turkey, dan Professor David Crowther dari De Montfort University, UK. Keduanya memperkenalkan konsep durability dalam bukunya ‘The Durable Corporation: Strategies for Sustainable Development’, sebuah buku best seller di kalangan akademik yang berkecimpung di bidang CSR.
Sustainability dapat dijelaskan yaitu dengan adanya pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya (The Brundtland Report, 1987). Pengertian ini seringkali hanya menyoroti isu lingkungan. Atas dasar inilah konsep ‘durable corporation’ memberikan pendapat bahwa sustainability adalah konsep yang lebih kompleks yang melibatkan banyak faktor penyeimbang. Hal ini menyangkut nilai dan peran kesinambungan dalam bisnis dan berpendapat bahwa pemanfaatan sumberdaya harus didasarkan atas dua pilar, yakni ekuitas dan efisiensi daripada sekedar memastikan bahwa pilihan kita di masa depan tidak akan berkurang.
Penulis ’Durable Corporation’ ini mengusulkan suatu model baru keberlanjutan dan pendekatan baru untuk mengelola sumber daya. Mereka memperluas pengembangan perbedaan strategi untuk mencapai keberlanjutan dan pendekatan alternatif untuk mengelola masa depan. Strategi ini diwujudkan dengan memperhatikan transformational process dalam sebuah perusahaan, yakni adanya tahapan input, proses, dan output. Penekanan mendasar terjadi pada tahap ‘proses’. Dalam traditional transformational process, tahap ini merupakan kegiatan ‘added value through operation’, yaitu peningkatan nilai tambah melalui sebuah proses dari input menuju output.
Yang menarik dari konsep durability adalah kejelian dalam melihat definisi ‘operation’ yang mengacu pada penggunaan sumber daya alam. Disinilah kedua penulis mencermati keterbatasan sumber daya alam yang sudah menjadi isu penting tersendiri. Maka muncullah gagasan ‘added value through activity’ yang memasukkan unsur teknologi. Ide dasar ini sebenarnya sederhana, namun ramuan tambahan ‘teknologi’ menjadi menarik disaat perbincangan technology transfer value sudah menghangat.
Tidak berhenti pada tahap ‘proses’, dalam sebuah perusahaan yang durable, pendistribusian output mempunyai peranan penting, yakni mengacu pada konsep equitable distribution, termasuk adanya social justice approach. Lebih lanjut, model ‘durable corporation’ dituangkan dalam strategic decision making process, yang tentu didalamnya mengandung banyak aspek untuk menjadikan sebuah perusahaan ‘tahan banting’ di segala situasi.
Tidak semua bahasan detil dapat ditulis disini, karena paparan ini bukanlah sebuah ‘bedah buku’. Namun, ide dan terobosan baru inilah yang telah diungkapkan, khususnya bagi semua mahasiswa program MM CSR Universitas Trisakti. Tidak tanggung-tanggung, pada tanggal 1 Desember 2009 yang lalu, kedua penulis: Professor David Crowther dan Professor Güler Aras hadir dihadapan para dosen dan mahasiswa program MM CSR. Dalam diskusi interaktif dan guest seminar lecturer ini, hadir sekitar 12 dosen dan lebih dari 30 mahasiswa yang bertanya aktif dalam suasana diskusi yang menyenangkan dan dipandu langsung oleh mantan mahasiswa bimbingan sang professor, yaitu Ms. Juniati Gunawan, PhD.
Tak dapat disangkal adanya komitmen tinggi dari pendiri program MM CSR Universitas Trisakti; Ms. Maria R. Nindita, PhD cand, yang selalu memberikan semangat dan dorongan dalam penyelenggaraan guest lecturer seperti ini. Kehadiran tokoh-tokoh CSR baik dari dalam maupun luar negeri selalu menjadi keunggulan tersendiri di program ini. Bahkan, bukan tidak mungkin anggapan beberapa teman yang mengatakan bahwa Program MM CSR Usakti merupakan satu-satunya program CSR di jenjang magister di Asia Pasific. Apabila anggapan ini benar, kita patut berbangga sambil terus berupaya agar program ini sungguh berguna sebagai dapur pengetahuan bagi perkembangan ilmu CSR di Indonesia.
By: Juniati Gunawan, PhD
Lecturer - CSR Post Graduate Program
Trisakti University - Jakarta
|