Pada 23-26 Agustus CECT menggelar pelatihan khusus bagi delapan orang pendiri Yascita di Kampus MM-CSR Universitas Trisakti, Jakarta. Pelatihan bertema Yascita Leaders Capacity Building Program ini bertujuan mengembangkan kemampuan management dan leadership para pendiri Yascita yang terdiri dari Wawan Sofyan, Mitzan “Meti”, Adin Sumardin, Silverius “Onte” Oscar Unggul, Isra Minsar Tamburaka, Muhlis L Usman, Azis “Atilu” Hamid, dan Moh. Ramadhan “Anda” Posumah.
Leadership program selama empat hari ini diisi dengan beragam materi, seperti building system, leadership, service excelence, team work, broadcasting, jurnalisme damai, strategic management & strategic plan, social entrepreneurship & sustainability, hak paten dan HAKI, franchise business, dan presencing. Beragam materi ini disampaikan oleh Amalia Yunita (Arus Liar), Gina Dharmawan (IDEAS), Pudyardono Prajarto (CECT), Suci Mayang (Indonesian Institute), Sella Wangkar (broadcaster) dan staf pengajar Universitas Trisakti, yaitu Prof. Dr. Heru Satyanugraha, Maria R Nindita Radyati PhD, Ari Aviata SE MM, Dra. Maria C Widiastuti ME, Wiwiek R SE MM dan Simona Bustani SH MH.
Yascita (Yayasan Cinta Alam) merupakan organisasi nirlaba yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di Sulawesi Tenggara. Para pendiri organisasi yang berdiri sejak 1998 ini berprinsip sumber daya alam harus dikelola secara lestari dan adil demi kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan visi itu para pendiri Yascita mengusung empat misi utama, yaitu:
• Mengembangkan pusat data sumber daya alam yang independen di Sulawesi.
• Mengembangkan sistem perdagangan sumber daya alam yang adil dan berkelanjutan dengan masyarakat adat sebagai aktor utamanya.
• Memfasilitasi perluasan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan kebijakan di Sulawesi.
• Menginisialisasi dan/atau mengembangkan media-media massa dan/atau media-media komunitas yang mandiri dan independen di Sulawesi.
Dilandasi oleh semangat idealisme itu pada tahun 1999 Yascita mendirikan Radio Suara Alam, sebuah stasiun penyiaran di Kendari. Kini, Swara Alam menjadi radio terpopuler di Sulwesi Tenggara yang mampu melibatkan parsipasi aktif pendengar dan masyarakat.
Para pendiri Yascita terus bergerak dengan mendirikan Kendari TV pada 2003. Inilah stasiun tv yang mempelopori siaran berbasis komunitas. Kini, siaran yang ditayangkan Kendari TV pun menjadi acara tv yang paling digemari pemirsa. Bahkan, Kendari TV mampu menjadi inisiator dan inspirator pendirian tv komunitas lainnya di beberapa daerah, seperti di Bengkulu (Sumatera), Pontianak (Kalimantan), Palu (Sulawesi Tengah), Buton (Sulawesi Tenggara) dan Papua.
Selain melalui stasiun penyiaran, perjuangan para pendiri Yascita pun dilakukan secara langsung ke masyarakat, antara lain dengan mengembangkan pengelolaan hutan jati secara lestari di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Pengelolaan hutan jati secara lestari yang berbasis masyarakat ini kemudian direplikasi di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Kulon Progo (Yogyakarta), Lampung, Aceh dan Papua. Perjuangan ini bahkan mendapat beragam penghargaan baik di tingkat nasional maupun internasional. Di antaranya Liputan 6 Awards SCTV 2010, Young Global Leader di tahun 2009, Social Entrepreneur of The Year 2008, melalui Silverius “Onte” Oscar Unggul, salah satu pendiri Yascita. “Kami berharap pelatihan ini semakin menyatukan persepsi kami mengenai pengelolaan social enterprise yang profesional,” ucap Onte.